Melek Internet Berwawasan Global

 Tulisan ini turut disertakan dalam kontes Lomba Blog Pendidikan XL

Pada hakikatnya sebuah institusi pendidikan adalah sarana mentransfer ilmu dari guru pada siswanya. Siswa kini dibentuk menjadi agen-agen cerdas―penimba ilmu―pencari solusi berbagai tantangan global di masa depan. Tanpa disadari perkembangan zaman terus melejit pesat. Tantangan di masa depan sudah menunggu agen-agen muda tersebut untuk berkompetitif tinggi. Siswa yang beranjak dewasa mulai dituntut produktif, kreatif, dan inovatif. Jika tidak memenuhi, mereka akan tertinggal jauh ke belakang. Arena kompetitif yang dihadapi bukan hanya citizen lokal saja tetapi internasional. 

Cara menghadapi kompetitif tinggi adalah dengan meningkatkan kapasitas diri. Salah satunya kapasitas berwawasan global. Melalui elektronik learning atau biasa disebut e-learning, kita dapat menyelami wawaan-wawasan dunia. Pendidikan jenis ini menggunakan pendekatan teknologi informasi dan komunikasi mutakhir seperti internet. Mengutip dari website m-edukasi.web.id, Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Siapa yang tidak mengenali mbah google? dengan mengetikkan satu keyword maka ratusan halaman artikel terkait di seluruh dunia langsung terpampang. Bukan berarti siswa kini melupakan keberadaan buku. Hanya saja mereka butuh pelengkap. Pelengkap yang lebih efektif dan efisien. Pelengkap tentang informatif wawasan dunia. Pelengkap tentang kisah motivasi orang-orang paling berpengaruh didunia. Pelengkap tentang ribuan kesempatan beasiswa diluar sana. Pelengkap tentang kesempatan menjadi volunteer yang berpengaruh pada passion mereka. Pelengkap tentang studi pertukaran Negara, bahasa, dan budaya di belahan dunia. Pada intinya siswa dan guru Indonesia butuh melek internet untuk berwawasan global. 

Perkembangan teknologi yang pesat sekalipun juga pasti memiliki sisi negatif. Baru-baru ini kita memang digegerkan dengan video porno siswa di salah satu SMP negeri di Jakarta. Video tersebut memperlihatkan pasangan muda yang melakukan adegan “dewasa” dan dengan mudahnya meng-upload kedalam situs youtube, yang menerima milyaran kunjungan per hari. Berbagai kalangan anak, remaja, dewasa, tua bebas mengakses tanpa pungutan biaya sepeserpun. Tetapi apa yang harus kita perbuat untuk melawan penyalahgunaan ini? sebuah kenyataan bahwa kita tidak dapat menghentikan arus teknologi dan globalisasi karena mereka akan terus mengalir deras tidak terhenti. Indonesia saat ini negara pengguna internet terbesar ke empat di dunia setelah China, India dan Jepang, yaitu sekitar 30 persen atau lebih dari 80 juta penduduk. Dapat dibayangkan seluruh kalangan usia tidak dapat lepas semenitpun dari genggaman handphonenya, termasuk penulis sekalipun. Menjauhkan internet bukan sebuah solusi tepat. Tetapi menyiasati internet untuk ramah wawasan pengetahuan adalah solusi yang cukup arif. 

Mungkin kita menyadari setelah melalui pengalaman tersebut, seperti yang dialami penulis. Passion berkompetitif mengikuti lomba, pengalaman organisasi, volunteer, studi keluar negeri adalah fase baru saat penulis duduk di bangku kuliah. Kehidupan sekolah menengah dihabiskan dengan bumbu percintaan, persahabatan, dan belajar. Sisanya hura-hura dan main. Yeah read the tagline #highschoolneverends ! Mengapa keinginan berkompetitif disadari di dunia perkuliahan? Mengapa tidak diawali pada seragam abu-abu? karena pada dasarnya siswa kini tidak didekatkan dengan wawasan global berbasis internet. Siswa kini banyak berlomba meraih peringkat tertinggi untuk penentuan jurusan favorit, bersikut-sikut mencapai Ujian Nasional terbesar. Seakan-akan tujuan utama adalah prestige. Poin penting tentang informasi wawasan global yang mendekatkan pada passion justru terlupakan. Padahal melalui passion, seorang siswa dapat menentukan arah tujuan hidupnya. Hal serupa penulis temukan pada teman kuliahnya yang mendapat predikat mahasiswa berprestasi. Hampir seluruh riwayat hidup SMA nya dihabiskan mengikuti pertukaran pelajar keluar negeri, olimpiade tingkat nasional & internasional. Semua informasi ditemukan lewat media sosial: milis group, twitter, facebook, blogspot dan masih banyak lagi. 

Oleh karena itu penulis menggagas ide ‘melek internet berwawasan global’ wajib dilakukan seluruh institusi sekolah menengah baik SMP maupun SMA. Ide ini harus serempak dijalankan seluruh elemen terkait dengan porsinya masing-masing. Misalnya Pemerintah dapat memberikan fasilitas penunjang dan UU yang mewajibkan sekolah melek internet. Sementara institusi sekolah yaitu guru dengan skill memadai wajib mengajarkan e-learning dan siswa berkemauan mengikutinya. Kemudian perusahaan telekomunikasi seperti XL dan provider lainnya, dapat melakukan dua hal, pertama, membuat account berwawasan global yang wajib diikuti seluruh siswa Indonesia. Mengapa ada twitter @youthempowering, @kampusupdate tetapi tidak ada @highschoolupdate? kedua, membentuk ambassador (siswa) setiap sekolah untuk dapat mensosialisasikan account tersebut. Tetapi kembali lagi pada pernyataan awal penulis bahwa keberhasilan ide ini tercapai apabila seluruh elemen diatas bersinergis mendukung satu sama lain. 


Oleh, Giska Adilah Sharfina Saputra 
Antropologi Sosial UI 
22/12/13

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelopor Pendidikan Pertama Untuk Orang Islam di Tulehu, Ambon

(REVIEW BUKU) DONGKRAK OMZET MILYARAN DENGAN TIM PENJUALAN

Lukisan Sejuk Biru