Memories in Solo-Pacitan-Surabaya-Malang

Angin malam mulai terasa. Jaket merah pemberian teman kurapatkan untuk membuat rasa hangat dan nyaman. Tetapi tidak bisa mengurangi rasa pegal dan bosan selama perjalanan yang cukup sunyi. Ku coba mulai mengingat-ingat kembali setiap kejadian yang sudah kulewati dengan mereka, teman dan sisters-ku. 

Allah SWT, Terima kasih untuk perjalanan kali ini. Solo-Pacitan-Surabaya-Malang. I feel alive !
I feel it
Start: Jakarta-Solo 13/8/14. Sesampai di Solo pukul 11 malam, temanku Mika sudah menjemput. Tim perjalanan (saya, kakak, dan adikku) menginap di rumahnya. Suasana hidup ketika saya dan Mika mulai bereuni-ria AFLES 2013, membicarakan Tedy, Nanda, Rizka, para delegates dan seluruh kegilaan kita saat berasa di Malaysia-Thailand. I wish i pressed the rewind now :'). Esoknya kami berencana pergi ke Ratu Boko dan Gua Pindul dengan motor. Karena berpikir Mika adalah "Suhu" dari Kota Solo, saya menyetujui saja tujuan tempat tersebut. Tak disangka, perjalanan melebihi 4 jam karena kena disasarin orang. Plus plus yang baru saya tahu adalah perjalanan melewati Prambanan. It means saya naik motor dari Solo-Jogja mennnnn! gile! Pindul serasa menjadi bad memories bagi saya. Banyak kisah tragis ck, mulai dari perjalanan bikin vantat tevos 8jam PP, loncat dari tebing air terjun, helping my sisters yang engga turun2 dari tebing, acara mewek2an, me as a beggars buat ngambilin kacamata kakaku yang jatuh dua kali di kedalaman air lebih dari 10 meter. Huih! Penuh keringat, darah, dan airmata hahahaha. But, well bonusnya saya berhasil sekejap melihat bukit bintang di dekat Gunung Kidul.  Keesokannya, saya sempat melakukan hal sedeng bersama partner paling absurd- si mikamiko. Kami tiduran di rumput depan rektoran dan menjepret ala selfie hahaha padahal jelas tertanda dilarang menginjak rumput. Ya alhasil diliatin orang, ya sekali seumur hidup ya mak!

sedeng in action
Next going to Pacitan 16/8/14. Saya bersama sisters pergi menaiki bis. Sementara, kedua sohib saya yaitu Mas Wil dan Mas Wahyu akan menyusul naik motor. Wedan pisan itu jauh bener 4 jam-an, yowes lah mereka anak motor sejati hahaha. Keesokan pagi, sunrise Teleng sudah menyambut.

Welcome Sunrise!

cantik sendiri hahaha
Saya melepas kangen dan rindu, mengenang masa masa Pare, membicarakan plan kedepan. Huih obrolan para lelaki (lah?). Kami berpisah dengan Mas Wahyu yang harus kembali ke Solo. A very short time and I need more, let me press the rewind again :’(. Lanjut, saya, mas wil, dan kedua sisters gea dan gina berkelana lebih menantang. Selesai Pantai Teleng, kami beranjak ke Gua Gong. Stalaktit-nya banyak berwujud manusia. Bagian paling disuka ialah efek lampu stalaktit dengan warna mejikuhibinui. 

Taken by Gina, my sister
Lanjut perjalanan menuju Pantai Klayar. Huih deburan kencang ombak membuat kami semakin agresif. Dalam artian semangat ber-selfie dengan tongsis hahahaha. 

Klayar Beach
Partner in Crime!
Mungkin Allah SWT kurang menyukai hal yang berlebih2an, tongsis kami pun hilang di hari itu. Singkat cerita, kami berkesempatan melihat sunrise di Pantai Karang Bolong (1km dari Klayar). Gratis! alias dapet tebengan dari keluarga yang berbaik hati menampung empat backpacker keretothemax. 
bolongnya di tengah, called Karang Bolong
Akhir cerita Klayar, kami menyempatkan diri menuju Pantai Buyutan. Meskipun gak bisa menjejakkan di pasir nya, cukup melihat keindahan ciptaan-Mu Tuhan itu sudah cukup. Subhanallah, indah banget. 

Buyutan Beach
Then, dengan hati yang berat, kami beranjak Pacitan-Surabaya (18/8/14). Surabaya kota paling asri, sejuk, bersih, damai, tentram. Paginya saya sempat ke house of sampoerna dan masjid ceng ho. Kembali lagi perjalanan ini menjadi ajang reuni sohib lama dari Pare. Saya dikelilingi 4 bodyguards, Mas Wil, Mas Tonang, Mas Ikhwan, dan Mas Chaydir. Saya dibawanya mengelilingi Surabaya malam sampai pagi. Tempatnya mulai dari monumen pahlawan, monumen jembatan merah, nge-dolly, tugu icon surabaya, taman bungkul. Kembali lagi suasana serius menjadi pembicaraan para pria dan saya sebagai konsultannya lahahahaha. Sayang waktu menuntut lain, temu kangen harus terputus saat itu juga. But thank you all my mas mas jowo-ku yang sudah memberikan services paling yahud tingkat dewa di kota persinggahan ini. 

kiri-kanan (Tonang, Ikhwan, Chaydir, Willy, Saya)
Next, tujuan kota terakhir Malang. Saya langsung disambut dengan teriakan Tedy, teman paling unik yang saya punya. A hyper sanguinis friend from AFLES, a struggle, inspiring, and think out of the box. Yes, she is!
with Tedy!
 Saya juga sempat bersilaturahmi dengan keluarga dari Madura, bernama Lek Nanang. Hal paling menyenangkan dalam jalan jalan adalah bertemu sanak family dari berbagai daerah. Maklum, saya keturunan Ambon-Padang-Madura, jadi koneksinya lumayan banyak hehehe. Saya sempat menyicipi toko ice cream yang katanya sangat melegenda yaitu Toko Oen, dekat dengan Stasiun Malang. Menurut pendapat saya, rasanya belum senendang Ragusa Ice Cream di Jl.Veteran Jakpus dekat Masjid Istiqlal. Saya juga sempat ke Museum Tempoe Doeloe yang bisa diakses jalan kaki dari stasiun. 

Perlu mampir juga di alun-alun kota malang yang sejuk nan rindang, apalagi bisa wi-fi an beh manteb! Tempat ini biasa disebut alun-alun Jami karena letaknya berseberangan dengan Masjid Jami yang dibanggakan warga Malang sebagai tempat berfoto. 

Ada juga alun-alun bundar karena berbentuk lingkaran dan berseberangan dengan Balaikota. Intinya kedua alun-alun ini dapat diakses jalan kaki dari stasiun. Jika pergi ke Malang, wajib untuk ke Batu, karena disanalah tempat berekreasi. Ada jatimpark 1 & 2, BNS (Batu Night Spectacular), pemandian air panas, Museum Angkut, dan masih banyak lagi. Jika menaiki angkot, harus start dari pagi, karena time angkot di Malang hanya sampai pukul 5 sore. Sangat disayangkan, saya belum berkesempatan ke Batu, karena ada beberapa masalah. Tapi mungkin tandanya, saya disuruh kembali lagi ke kota ini hehehhe. Sebelum pulang, saya diantar Tedy untuk wisata kuliner dekat stasiun, yaitu Serabi Imut dan Nasi Buk Matirah. Tempat nasi ini ternyata milik orang Madura hehehe se-etnis. Penjualnya dari Pamekasan (jika tidak salah). Tepat sebelah tempat nasi ini, juga banyak aneka jajanan keripik buah khas Malang. 

Rekam jejak di keempat kota selesai dalam 8 hari. Kerekatan sahabat, pengalaman, pelajaran hidup sebenarnya menjadi bumbu pemanis kisah perjalanan ini. Bukan soal keindahan tempat, bukan juga incaran pantai dan gua-gua yang ingin dikunjungi. Tetapi ini tentang networking, bagaimana membangun sebuah hubungan antar manusia yang berada di antah berantah, lalu sekali dipertemukan dan mereka akan berbincang sampai melupakan waktu pagi dan malam. 

Mereka yang tertulis punya tempat tersendiri di hati saya. 
People come and go. We never know maybe it last. 

12:23 AM | 26082014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelopor Pendidikan Pertama Untuk Orang Islam di Tulehu, Ambon

(REVIEW BUKU) DONGKRAK OMZET MILYARAN DENGAN TIM PENJUALAN

Lukisan Sejuk Biru