Perempuan oh Perempuan

Sekian lamanya saya melakukan perjalanan sebagai a lady traveller, saya baru merasakan betapa bedanya perempuan dan laki-laki. 

Cerita pertama, hari itu saya menaiki bis yang sedang diisi pengamen. Saya pindah ke lokasi sepi di bagian belakang bis, karena ingin menelepon teman. Sekilas saya melihat sarung gitar pemilik pengamen di samping jok kursi yang saya duduki, tapi saya hiraukan. Sampai pada dua pengamen meminta uang dan saya memberi dua ribu. Pengamen muda tersenyum sumringah dan mengatakan, “terima kasih mbak cantik.” Cukup deg-degan karena pengamen ini cukup menggoda saya dengan rentetan pertanyaan yang membuat saya cukup risih (cuma bisa berdoa dalem hati semoga selamat ha ha ha lebay). Pengamen tua duduk disamping saya. Sempet deg-deg serr serr ha ha ha. Mereka berasal dari komunitas pengamen di salah satu daerah. Pengamen tua sempat ingin memberikan nomer hp nya dengan alasan jika ingin mengundang mereka di acara kampus. Saya berkilah cepat dengan jawaban dapat mencari nama komunitas mereka di internet. Bis hampir sampai tujuan, mereka mengatakan dengan lembut, “hati-hati ya Giska.” Saya berusaha menyembunyikan ketakutan, “yooo bang makasih bang hati-hati bang!”. Perasaan takut yang tinggi langsung menciut. Semoga mereka pengamen yang memang memiliki hati yang baik. 

Cerita kedua, di hari yang sama saya ditawari job untuk menjadi translater foreigners dari Korea dan Jepang di Bandar Lampung. Saya loncat kegirangan karena berpikir sekaligus bisa menjelajahi Lampung. Selain itu mendengan salary yang ditawarkan untuk dua hari sangat menggiurkan. Saya langsung menyetujui untuk berangkat dengan jadual esok pagi. Kabar gembira ini saya diskusikan dengan mama. Ia tidak setuju karena keselamatan saya seorang diri perempuan disana. Apalagi saya harus menemani 2 foreigners laki-laki dan driver pulang Lampung-Jakarta dengan mobil. Tapi saya cukup kekeuh karena ini kesempatan bagus dapet duit dan link *mata duitan* ha ha ha. Saat hendak briefing dengan pihak foreigners, ada masalah miskom sehingga saya memutuskan untuk cancel perjalanan. Ya ternyata Allah SWT punya jalan lain kaliiii yeaaah akkk 

Dari kedua cerita tersebut, saya mengerti mengapa mama selalu bersikeras saya tidak boleh pulang malam, tidak boleh terlalu sering jalan sendirian (padahal ga ada yang diturutin ekekkeke lol). Secara fisik, perempuan memiliki tingkat kerentanan lebih tinggi dari pria. Seorang perempuan dapat mudah kehilangan keperawanannya. Makanya seringkali pada kasus berita bahwa perempuan diperkosa karena tidak memiliki daya/kekuatan untuk melawan. Oleh karena itu, dalam ajaran islam, memang dianjurkan jika sudah bahligh untuk segera menikah. Tujuannya memiliki suami (muhrim) yang bisa menjaga perempuan/istrinya tersebut hehehe. Menurut pendapat saya yang juga berteman dengan laki-laki, kaum lelaki memiliki daya/ketangkasan lebih tinggi untuk melindungi diri. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan perempuan bisa menjajarinya, dengan cara mengikuti pelatihan bela diri dan sejenisnya. Ya, the most important we have to act well in a right time and a right place, anytime, anywhere.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelopor Pendidikan Pertama Untuk Orang Islam di Tulehu, Ambon

(REVIEW BUKU) DONGKRAK OMZET MILYARAN DENGAN TIM PENJUALAN

Lukisan Sejuk Biru