Kritisi Media yang Memborbardir Isu Pilkada

Pilkada seketika menjadi tema hits minggu ini. Keputusan tentang pilkada tidak langsung menyita banyak mata. Seluruh media cetak dan elektronik menaruh berita ini di halaman pertama mereka. Mungkin punya tujuan selain merebut tema hati konsumen, juga menambah keuntungan produksi media. Hashtag #ShameOnYouSBY turut menghiasi twitter, bahkan sempat menjadi trending topics yang dilihat seluruh dunia. Akibatnya, Pemerintah Indonesia harus mengeluarkan kocek besar untuk menghapus trending tersebut. Tentu dilakukan untuk melindungi Negara dari berbagai cibiran di luar sana. 
Heboh Penentuan Pilkada
Tengah sedang menulis opini ini, salah satu channel TV mempertontonkan unjuk rasa di depan istana presiden, beberapa diantaranya dari relawan barisan Jokowi. Selain itu, kemunculan petisi change.org dengan muatan batalkan UU Pilkada juga sedang marak beritanya. Petisi yang dibuat Suparman Manik ini yakin dapat menghantarkan ke meja Mahkamah Konstitusi untuk dipertimbangkan kembali. Berita sekelibat muncul menghadirkan SBY dengan pernyataan tentang keharusannya menandatangani RUU, akibat periode lebih dari 30 hari menjadikan RUU sah untuk menjadi UU yang siap dieksekusi. Pernyataan penutup dari SBY adalah ia akan mencoba untuk naik banding tentang keputusan ini. Waaah topik yang cukup menyita pikiran, waktu, dan energi, pikir saya (subjektif). Tidakkah ada yang lebih penting? Bukan maksud saya untuk menghakimi ini adalah hal sepele. Tetapi alangkah baiknya, jika kita melihat sisi-sisi yang lain, yang juga tidak kalah krusialnya pentingnya bagi negeri ini. Sebagai contoh, fisik seorang pejuang yang tidak kasat mata, tetapi didalam darahnya mengalir kecintaan dan kebanggaan untuk mengharumkan negeri ini. 

Melihat foto halaman pertama Republika edisi 30/09/2014 cukup membuat saya berdecak kagum. Seorang atlet lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa melakukan lompatan jauh Asian Games ke-17 di Stadion Utama Asiad, Incheon, Korea Selatan pada hari Senin (29/9). Ia berhasil meraih emas dengan lompatan sejauh 6,55 meter. Berkatnya, Indonesia kini mengoleksi 14 media terdiri dari 3 emas, 4 perak, 7 perunggu, dan berada di peringkat 16 klasemen sementara perolehan medali. Sebuah perjuangan yang keras dan semestinya patut menjadi sorotan utama media saat ini. 

Maria Natalia Londa JUARA!
Jika boleh jujur, saya baru mengetahui berita ini kali pertama di sebuah status seorang teman dan di Media Republika. Iseng saya coba men-searching via google untuk keywords “Pilkada tidak langsung” dan “Maria Natalia Londa juara Asian games ke 17”. Kemudian, saya scroll dan next page untuk mengetahui jumlah berita di setiap keywords. Hasilnya memaparkan keywords pertama langsung berhenti pada halaman tujuh, sementara keywords kedua kalah telak pada halaman tiga. Meskipun tidak pantas diimbangi karena waktu kejadian yang berbeda, namun riset kecil-kecilan diatas cukup menggambarkan media yang cukup besar membombardir satu peristiwa/berita. Saya berharap kedepannya nanti, media tidak hanya terprovokasi terhadap isu tertentu yang sedang hips. Sehingga berimbas kepada hilangnya ketenaran peristiwa lain yang semestinya patut dituliskan, dipertontonkan, diketahui, hingga diapresiasikan lebih oleh khalayak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelopor Pendidikan Pertama Untuk Orang Islam di Tulehu, Ambon

Lukisan Sejuk Biru

(REVIEW BUKU) DONGKRAK OMZET MILYARAN DENGAN TIM PENJUALAN