Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Ironi Si Batik Indonesia yang terlupakan

Batik adalah salah satu komoditi yang bisa diunggulkan untuk pendapatan perekonomian masyarakat. Saya cukup tercengang setelah membaca koran republika edisi 3 oktober mengenai beamasuk produksi batik Tiongkok yang digratiskan alias nol persen. Padahal batik Indonesia mahal karena menggunakan teknik khusus keterampilan tangan (by canting) sementara batik Cina murah tapi hanya di print dan tidak sesuai ketentuan UNESCO serta produksinya menunggu pesanan yang ada.  Salah satu kasus menyebutkan pula Siti Qomariah (62 tahun), pengrajin batik di Jalan Tuntang, Madiun, satu-satunya pengrajin batik di kota tersebut. Meski minim usahanya berjalan. Ada beberapa pesanan sejumlah instansi pemerintah setempat namun jumlahnya tidak seberapa. Ia berharap ada bantuan peralatan dan order besar dari kantor Pemkot Madiun untuk seragam karyawan. Apalagi Madiun memiliki batik khas, yaitu Batik Retno Kumolo. Kasus lainnya juga di Kota Batam bahwa Kepulauan Riau ditetapkan pusat promosi Batik Indonesi