#LostinSemarang-Jepara Part II

Pada tanggal 7 Januari projek YEP Eco-ek terlaksana. Kami memberdayakan anak-anak panti asuhan (children’s village semarang) untuk diberikan pelatihan me-recycle sampah menjadi barang yang siap dijual pada marketing day (27 januari). Pelatihan diberikan oleh pengelola Bank Sampah di Semarang. Projek ini terdiri dari tiga rangkaian yaitu sisir sungai (pengambilan sampah), pelatihan, dan marketing day. Pada saat marketing day bersamaan dengan car free day, AIESEC Participant dari luar negeri dan pemeran Laskal Pelangi sebagai Duta Lingkungan turut membantu penjualan barang. 


 


Sebelum kepulangan, saya dan Bang Maje berwisata malam di Lawang Sewu. Siapa yang tidak kenal tempar tersebut? Bangunan mewah buatan Belanda yang terkenal angker karena tempat peristiwa pembunuhan massal. Tempat ini menjadi incaran jajahan orang Jepang begitupun juga orang Indonesia. Beberapa jenis penjara dibuat di ruangan bawah tanah. Ada penjara jongkok, penjara berdiri, dan tempat pemenggalan kepala kemudian disampingnya terdapat lubang yang menghubungkan ke sungai (dinamakan sungai merah) untuk membuang mayat-mayat. 

Kisah misteri itu membuat mitos-mitos yang sampai sekarang dipercaya. Putaran tugu muda persis didepan Lawang Sewu sering terjadi kecelakaan dan memakan korban jiwa. Kemudian, pemuda menguji nyali di Lawang Sewu (episode “dunia lain”), keesokannya meninggal dunia. Katanya ia diikuti penunggu disana. Padahal saat saya ditunjuki o/ guide, tempat uji nyali tersebut tidak jauh dari pintu masuk, persis disamping setelah menuruni tangga. Banyak orang juga menjadikan tempat ini untuk ber-ilmu. Saat saya dan Bang Maje datang, juga beberapa orang membaca ayat-ayat. Keadaannya ruang bawah tanah cukup membuat bulu kuduk saya berdiri. Suasana sangat gelap hanya memakai senter dan saya hanya bertiga disana (bersama si guide), padahal masih pukul 7 malam. 

Uang masuk disana sebesar 20 rb/ orang kemudian jika ke ruang bawah tanah membayar lagi sepatu boot (kalau tidak salah) 10 rb/ boot, lalu memberikan tip ke guide (sebesar 25 rb). Wisata disana sekitar 45 menit, karena guide juga menjelaskan sejarah dari pembangunan wisata angker ini. Kami juga diperbolehkan berfoto di ruang bawah tanah, dan HUUOOPSS I do not know, it is the shadow or the real spooky- ever ! 

Kemudian #lostinsemarang berlanjut pada Museum Muri, free entry. Saya baru tahu tempat pusatnya berada di Jakarta. Museum Muri adalah tempat mengabadikan kejadian-kejadian yang record-nya tidak terkalahkan dengan yang lain. Saya juga pergi ke “Pagoda Buddhagaya Watugong”, free entry, tempat beribadah pada Patung Barathayuda. Beberapa patung Dewi Kuan In juga terlihat. Jika penggemar film kera sakti pasti akan tahu nama-nama diatas hehehe. Beberapa pojokan tempat ditaruh kotak-kotak untuk sukarelawan menyumbang. 

Wisata berlanjut ke “Sam Poo Kong”, sebuah patung besar Laksamana Zheng He langsung menyambut kami. Didalamnya terdapat banyak kuil untuk beribadah. Pertama kali masuk kami membayar 20 ribu (kalau tidak salah), tetapi beberapa kuil didalam tidak bias sembarang dimasuki pengunjung, bahkan diminta uang masuk lagi, ck. Sam Poo Kong adalah tempat beribadah, sekaligus tempat wisata, karena banyak patung-patung prajurit perang. 

Terakhir, kami pergi ke daerah Panandaran, pusat oleh-oleh daerah Semarang. Tempat paling terkenal adalah “Bandang Juana”. Makanan terkenalnya adalah lumpia semarang, bakso tahu, bakpia, bandeng. Biasanya. lumpia semarang berisikan rebung dengan saus gula merah ditambah acar dan sebatang daun bawang. Silahkan dinikmati ! 

TRIP #lostinsemarang kali ini sangat berkesan. 
Pertama, saya banyak menjelajahi tempat wisata disini dengan ala kadarnya no plans and no route trip. Kedua, trip kali ini tidak sekadar berjalan wasting my money but helped @Yepsemarang with their social projects. 

“a good traveler has no fixed plans and is not intent on arriving. –Lao Teu”  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGAIMANA PEMIMPIN MENGINSPIRASI DUNIA

Gambar (Sketch)