Penanaman Nilai "Trust" Untuk Misi Perdamaian

Lahir di keluarga dengan latar belakang etnis berbeda menuntut saya untuk peka terhadap keadaan kondisi sosial budaya setiap individu. Ayah yang berasal dari Madura membawa “nilai harga diri yang tinggi” dari daerahnya, sementara Ibu adalah campuran Minang dan Ambon. Berhubung nenek dari ibu adalah keturunan Ambon asli dan memiliki nilai-nilai yang tidak jauh “keras” nya dengan Madura, sering menimbulkan percekcokan kecil di lingkup keluarga. Hal yang dipermasalahkan mulai dari rasa makanan, perilaku, sampai gaya berbicara. 

Background Nenek sebagai sejahrawan dalam menulis bukunya tentang Peperangan Indonesia-Belanda di Maluku, banyak menyinggung persoalan lintas agama Kristen-Muslim. Kondisi lingkungan Maluku juga terkenal dengan keharmonisan toleransi Kristen-Islam dilihat dari bergotong royong membangun Masjid dan Gereja tanpa melihat asal agama. Namun mendadak muncul konflik disana dengan mengatas-namakan agama sehingga menaikkan sentimental masing-masing pihak (Muslim & Kristen). Keadaan keluarga diatas membuat saya tertarik menelaah lebih lanjut persoalan lintas agama dan lintas etnis. Ditambah dengan background saya yaitu Antropologi mempelajari kebudayaan dan perilaku manusia.

Saya berpandangan sebenarnya isu perdamaian dapat terwujud jika ada nilai “trust” yang mengakar kuat di pikiran masing-masing pihak. Untuk mencapai nilai trust ini, setiap individu yang berbeda dapat ditempatkan atau di-ikusertakan dalam kegiatan dengan temporal waktu cukup lama. Dari sini akan membentuk opini tentang pihak yang berlawanan, beriringan dengan pembentukan “trust”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGAIMANA PEMIMPIN MENGINSPIRASI DUNIA

Gambar (Sketch)